pelajaran dari batam

Akhir-akhir ini aku jarang menulis tapi pengalaman dari perjalanan ke Batam ini terlalu sayang untuk tidak kutuliskan. Jadi aku ke Batam Selasa kemarin, akupun pamer ke mbakku yang dulu jadi TKW ke Singapura wkwkwkwk. Yap Batam cuma 30 menit ke Singapura. Jadi bolak balik ke Batam aku duduk sebelah jendela pas disamping sayap pesawat. Ngeliat sayap pesawat aku jadi inget rumus fisika yang bekerja untuk prinsip kerja pesawat terbang namanya hukum bernoulli (wow aku masih inget padahal itu rumus kelas 2 SMA). Ya pokoknya gitulah gak penting, bukan itu inti ceritanya.

Diawali dengan nyelinap malam-malam ke mall deket hotel buat nonton "bohemian rhapsody" ahh bagus banget filmnya berasa nonton konsernya Queen beneran. Heu sekali lagi bukan itu inti ceritanya.

Jadi malam setelah selesai bekerja, Pak Ketua Tim bilang mau ketemu teman SMA nya mau reuni katanya. "Kamu mau ikut apa balik hotel kit?, udahlah ikut aja." katanya. Kemudian datanglah mobil warna merah yang menjemput kita ditempat acara yang baru kita isi. Keluarlah bapak-bapak berperawakan kek tentara, or polisi?, pokoknya tampang-tampang orang militer gitulah. Ketua Timku memanggilnya "Bong", (jadi inget tokoh Bong di Serial Supernovanya Dee Lestari yang judulnya Akar). Sebut saja nama Ketua timku itu Astor.

Si Bong trus bilang "Tor kita jemput si Amir dulu dia juga lagi ada di Batam". Amir adalah teman SMA mereka juga sepertinya. Kemudian kita berempat pun sampai di rooftop sebuah mall disitu.


 "Batam Nightlife"
Seperti itulah pemandangan kota Batam di malam hari dari Rooftop, yang kuning-kuning bersinar terang di kejauhan itu Singapura heuuu. Kita berempat duduk dipojok, aku pesen Milkshake Strawberry, para bapak-bapak pun ikutan pesen Milkshake Cokelat. Mereka bertiga pun bernostalgia menceritakan kenangan-kenangan masa SMA, mulai dari rebutan ceweklah, pekerjaan mereka masing-masing sekarang, mereka liat ketua timku di TV lah, trus cerita teman mereka yang bunuh diri karena kalah pilkada, partai pendukung pemerintah dan oposisi, cebong dan kampret,  dll. Lalu obrolan berlanjut ke Politik (aku sebagai pendengar dan penambah suara wkkk atau hehehee).

Tiba-tiba Pak Bong mengajakku ngobrol beginilah kira-kira obrolannya:
Pak Bong: Darimana dek?
Aku: Ambarawa pak hehe
Pak Bong: Owalah ambarawa, kamu tahu Beteng?
Aku: Tahu to pak penjara Belanda itu kan
Pak Bong: Iya saya pernah dipenjara disitu ya sekitar satu setengah tahun lah. Hahaha ngeri sekali mandi saja pakai ciduknya pakai bekas helm tentara. Saya itu dulu Sekolah Miiter, Taruna saya, tapi saya melakukan kesalahan yang fatal. Dulu pas jadi senior saya ngebukin junior karena saya anak silat mungkin pukulannya teralu kuat. Junior saya meninggal, dan kebetulan dia anak Jenderal. Habislah saya.
Aku: *Senyum gak tau sumpah mau jawab apa
Pak Bong: Habis dipenjara saya kabur ke Batam gak punya tujuan hidup saya pas itu. Hidup gak jelas disini, bingung. Kamu pernah ngerasa antara waras dan gak waras?
Aku: Kayaknya sih belum pak hehehe (kapan ya pas patah hati pertama kali mungkin?, atau pas kuliah salah jurusan?, atau pas ibukku diamputasi karena diabetes? tapi kok kayaknya aku masih waras-waras aja hehe)
Pak Bong: Pas itu saya sadar, saya jadi manusia terlalu sombong. Padahal kan ya kehidupan kita ini anugerah dari yang diatas. Apapun yang kita raih sekarang, kejadian baik dan buruk itu ya ada campur tangan-Nya. Setelah itu saya jadi satpam disini, Batam mulai berkembang saya mulai berpikir kedepan. Saya kemudian ketemu dengan dua sahabat saya disini yang juga dari antah berantah mereka hahahaha. Kita kumpulin orang-orang buat jadi Satpam, ya kita bertiga semacam agennya lah.  Lama-lama banyak mall-mall dan perusahaan disini pakai jasa kita. Ya sekarang Alhamdullilah sudah banyak berkembang, saya mengembangkan ke daerah lain di Sumatera dek, jadi semacam agen jasa pengamanan. Mahasiswa sekarang kritis-kritis ya?
Aku: Iya pak anak millenial
Pak Bong: Saya itu kemarin di undang jadi pembicara di Sekolah Manajemen Bisnis ITB, saya kaget pas ditelpon lah saya ini kan praktisi bukan akademisi. Yang bener nih saya yang diundang? Eh bener ternyata penyelenggaranya pengen mengajarkan mahasiswanya dengan orang yang terjun langsung ke bisnis enggak yang teori-teori an.
Aku: Emang kritisnya gimana pak anak jaman sekarang?
Pak Bong: Ya banyaklah mereka tanya-tanya macem-macem, saya itu ditanya "kenapa bapak mengajak para napi buat jadi pegawai bapak, mereka kan bekas orang jahat?". Saya jawab donk, gak ada didunia ini orang yang bener-bener baik dek. Yang ada mah karena Allah menutupi keburukan kita saja, coba kalau keburukan kita itu nempel dijidat malulah kita semua. Justru karena mereka itu mantan napi saya pengen memberikan kesempatan kedua bagi mereka, kalau mereka gak diberi jalan yang baik untuk memperjuangkan masa depan mereka ya mereka bakalan kembali ke masa kegelapan mereka lagi. Setiap orang itu punya masa lalu tapi kita harus move on ke arah yang lebih baik. Bolehlah masa lalu buruk, tapi masa depan itu masih suci dan layak kita perjuangkan.
Aku: *nangis boleh gak sih *ngaduk-ngaduk milksahe
Pak Bong: Suka baca buku dek?
Aku: Suka pak
Pak Bong: Coba cari di Gramedia buku judulnya "Bertarung Melawan Nasib Berdamai Dengan Kehidupan", itu kisah saya dan sahabat-sahabat saya. Sekarang saya banyak diundang jadi Narasumber hahaha, kemarin juga habis dari Telkom Corporate University. Seneng saya liat mahasiswa-mahasiswa berbagi ilmu.

Obrolanpun berlanjut, Bapaknya banyak menasehatiku "salah satunya jangan pacaran yang aneh-aneh" wekekek. 

Reuni selesai, aku kembali ke hotel. Langsung aku searching beliau muncullah namanya Dwifung, dia punya tiga perusahaan dan menjabat sebagai Direktur di PT. Sumatera Guard Service, PT. Sarana Tidar Sejahtera, dan PT. Putra Tidar Perkasa. 
"Pak Bong"

Kemudian aku search bukunya di Gramedia,,,yap ini dia

"Buku Bertarung Melawan Nasib Berdamai Dengan Kehidupan"
Sinopsis bukunya begini: 
"Tiga pemuda dari tiga kota berbeda datang ke Batam, dengan membawa luka di hati dan rasa gentar dalam menghadapi masa depan. Yang mereka tahu, apa pun caranya, mereka harus bertahan hidup di pulau itu. Dwifung, mantan calon perwira yang dipecat dari Akademi Militer karena dituduh bertanggung jawab atas kematian juniornya. Pergi dari kampung halamannya di Indramayu, tiba di Batam dengan sakit hati yang mendalam, lalu nasib membawanya menjadi petugas satpam. Imron, juga mantan calon perwira yang dipecat dari Akademi Militer. Pergi dari Salatiga setelah mencuci kaki ibunya, tiba di Batam sebagai pendatang ilegal, lalu hidupnya tenggelam dalam dunia hitam. Asep, pelatih taekwondo dan sarjana Teknik Mesin, pergi dari Bandung ke Batam dengan tubuh cacat akibat kecelakaan lalu lintas. Dia bekerja di perusahaan eletronik, tetapi nasib membawanya berkenalan dengan Dwifung dan Imron. Lalu mereka mengikat persaudaraan, kemudian bersama-sama mengalirkan darah, keringat, dan air mata demi membangun perusahaan yang akan menjadi tumpuan hidup bersama. Inilah kisah para petarung yang tak mau menyerah pada nasib buruk, dan berhasil mencapai cita-cita terbaik yang tak pernah mereka impikan. Walau perjalanannya penuh liku dan berkerikil tajam, yang sempat membuat tiga sahabat itu saling membenci bak musuh dalam selimut."

Aku merenenung, menjalin silaturahmi dengan banyak orang akan membawa kita ke pelajaran-pelajaran tak terduga. Dan ya hidup ini memang layak untuk diperjuangkan. 

Kristi
Kosan Chimi di Semarang, Pukul 2:11, Sabtu 10/112018

Terimakasih Chimi untuk pinjaman wifi dan laptopnya sehingga tulisan ini selesai juga wkkkk, yuk kita bbeli Gelatto. Semarang panas cuyyy. Bye. (No, Bye Bye katamu)

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

A Tribute to Diah Murti

catatan untuk dimas irham

memandang diri sendiri sebagai makhluk hidup